Selasa, 29 Maret 2011

osmosis

I.PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pernahkah kita memikirkan bagaimana caranya udara dan air masuk ke dalam tubuh tumbuhan? Semua sel tumbuhan dikelilingi oleh selaput atau membran. Membran sel tidak dapat dilalui oleh semua zat. Membran sel berfungsi seperti tirai kasa di jendela rumahmu yang dapat dilalui udara tetapi tidak dapat dilalui benda-benda yang besar seperti serangga atau kerikil bahkan nyamuk. Bagaimana zat-zat tertentu dapat melalui membran sel? Sel-sel tumbuhan dapat dilewati air, zat-zat makanan yang terlarut, oksigen dan karbondioksida baik ke dalam atau ke luar sel (Ariandi, 2009).
Sel tumbuhan memerlukan oksigen dan karbondioksida, serta bagaimana zat-zat tersebut bergerak melewati membran sel? Bagian-bagian penyusun zat di alam ini selalu dalam keadaan bergerak. Bagian-bagian penyusun zat yang ukurannya sangat kecil disebut partikel. Partikel tersebut menyebar merata ke segala arah. Zat-zat bergerak dari tempat yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Proses perpindahan zat seperti tersebut disebut difusi. Konsentrasi suatu zat adalah ukuran yang menunjukkan jumlah suatu zat dalam volume tertentu. Difusi partikel zat itu akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua tempat tersebut sudah sama (Ariandi, 2009).
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi (Ariandi,2009)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan osmosis ini adalah
1. Untuk mengetahui sifat permeabilitas membrane plasma.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari jenis dan konsentrasi suatu larutan terhadap peristiwa osmosis.





















II. TINJAUAN PUSTAKA


Osmosis adalah difusi air melalui membran yang semipermeable secara diferensial dari suatu tempat konsentrasi tinggi ke tempat yang berkosentrasi rendah. Tekanan osmotik adalah usaha dalam bentuk suatu tekanan yang di berikan untuk memberikan suatu desakan kepada molekul air untuk dapat masuk ke dalam ataupun ke luar sel pada saat terjadinya osmosis. Osmosis terjadi di dalam larutan yang hipertonis maupun hipotonik dan tidak terjadi bila berada dalam larutan yang isotonik. Bila di luar sel terdapat kosentrasi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kosentrasi airv di dalam sitoplasma maka air yang berada di sekitar sel diusebut hipotonik terhadap sitoplasma sel. Sedangkan bila kosentrasi air di dalam sitoplasma sel lebih tinggi dibandingkan kosentrasi air di luar sitoplasma sel maka air yang ada di luar sitoplasma sel disebut hipertonik terhadap sitoplasma. Hal ini menyebabkan air yang ada di dalam sel akan masuk ke dalam lingkungan sehingga membuat sitoplasma mengerut. Pada umumnya susunan ion-ion di dalam sel hewan adalah serupa. Misalnya ion kalsium (K+) akan lebih banyak (10 hingga 30 kali) tardapat di sitosol daripada di ekstraseluler (Widiastuti, 2002).

Osmosis di difinisikan sebagai peristiwa berpindahnya molekul suatu larutan dari kosentrasi tinggi. Osmosis didifinisikan sebagai peristiwa berpindahnyamolekul-molekul air dari tempat yang kosentrasi molekul airnya tinggi ke tempat yang kosentrasi molekul airnya rendah melalui selaput semipermeable. Dengan demikian, osmosis merupakan perpindahan molekul air yang hipotonis, melalui suatu pemisah yaqng selektif permeable
(Campbel, 1990).

Transpor t pasif mencakup osmosis dan difusi. Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeable. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang memiliki konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik sebagian besar molekul air terikat ke molekul gula(terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dab bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas, sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik. Maka sel tersebut akan mendapat banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dapat menyebabkan kematian (Wikipedia, 2008).

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)

Tekanan osmosis
• Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
• Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
• Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh :
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
• Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
• Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :
α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
• Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai :

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
• Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai :

• Untuk Tekanan Osmosis dinyatakan sebagai :
π° = C R T [1+ α(n-1)]

Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1 (Thifa, 2010).
Alat ukur osmosis adalah osmometer. Umumnya osmometer adalah perlengkapan laboraturium, tapi sel hidup dapat juga di anggap sebagai system osmotic. Pada keduanya terdapat 2 hal yang penting, pertama 2 larutan atau lebih atau air murni, dipisahkan satu sama lain oleh membran yang lebih membatasi pergerakan unsur terlarut dari pada molekul pelarut. Keduanya biasanya terdapat sarana untuk membangun tekanan, setidaknya pada salah satu volumenya. Sel hewan tidak mempunyai dinding sel sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, separti saat terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air(Salisbury, 1992).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Wikipedia, 2010).
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.

Transport pasif merupakan transport ion, molekul, dan senyawa yang tidak memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transport pasif mencakup osmosis dan difusi. Difusi dibedakan menjadi difusi dipermudah dengan saluran protein dan difusi dipermudah dengan protein pembawa. Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi (Wikipedia, 2010).
Difusi
a. difusi dipermudah dengan saluran protein Substansi seperti asam amino, gula, dan substansi bermuatan tidak dapat berdifusi melalui membrane plasma. Substansi-substansi tersebut melewati membran plasma melalui saluran yang di bentuk oleh protein. Protein yang membentuk saluran ini merupakan protein integral.
b. difusi dipermudah dengan protein pembawa proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu salauran dan mengikat substansi yang ditranspor. Protein ini disebut protein pembawa. Protein pembawa biasanya mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan glukosa. (Wikipedia, 2010).



























III. PROSEDUR KERJA


A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass 500 ml sebanyak
3 buah, Standart, glas pembuluh dengan tempat membran sebanyak 3 buah. Sewdangkan bahn yang digunakan adalah tembolok ayam, aquades dan glukosa 10%, 20% dan 30%.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah yang pertama dengan menyiapkan larutan glukosa 10%, 20%, 30%. Kemudian mengikat tembolok ayam pada tempat membran. Sertelah itu mengisi masing-masing bejana dengan aquades kurang dari ¾ volume. Lalu, mengisi gelas pembuluh 1 dengan larutan glukosa 10%, gelas pembuluh II dengan glukosa 205 dan pembuluh III dengan larutan glukosa 30%, masing-masing di isi sebanyak 100ml dan diberi tanda pada masing-masing permukaan glukosa. Setelah itu memesukkan masing-masing gelas pembuluh dengan masing-masing bejana dengan menggunakan standart untuk memegangnya. Lalu, mencatat waktu dan mengamati kenaikan masing-masing permukaan glukosa tiap 15 menit dan diberi tanda. Setelah 2 jam, mengukur jarak antara permukaan glukosa awal dan akhir pada masing-masing pembuluh gelas.






IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

a. Dialisis Bag
Larutan
Gula Volume Air
( ml ) Massa Media
( gram )
Awal 5 menit 10 menit 15 menit Awal 5 menit 10 menit 15 menit
A 150 150 149 148 35,9 36,8 37,0 36,8
B 150 151 149 136,5 32,6 31,1 33,2 36,7
C 150 151 152 150 21,3 20,5 20,3 20,8
D 150 149 148 147 41,6 42,4 42,8 43,1
E 150 150 151 149 35,9 36,8 37 37,1

Larutan
Gula Volume Air
( ml ) Massa Media
( gram )
Awal 5 menit 10 menit 15 menit Awal 5 menit 10 menit 15 menit
A 150 150 150 150 31,3 29,51 33,2 31,4
B 150 150 150 150 26,1 26,3 26,3 25,1
C 150 150 150 150 24,1 25,1 33,2 24,5
D 150 150 150 150 30,2 30,2 26,3 33,8
E 150 150 150 150 34,8 34,8 23,9 34,6



b. Usus
Larutan
Gula Volume Air
( ml ) Massa Media
( gram )
Awal 5 menit 10 menit 15 menit Awal 5 menit 10 menit 15 menit
A 150 150 150 150 6,3 6,8 6,6 6,6
B 150 150 150 150 5,3 5,3 4,5 4,3
C 150 150 150 150 9,0 5,7 6,0 5,9
D 150 150 150 150 2,7 6,8 6,9 6,9
E 150 150 150 150 1,5 6,6 5,3 5,75

Grafik Media

a. Dialisis Bag







b. Plastik













c. Usus

















Grafik Volume air
a. Dialisis bag













b. Plastik
















c. Usus


B. Pembahasan

Osmosis adalah perpindahan molekul-molekul dari kosentrasi tinggi ke kosentrasi yang rendah melalui membran permeable. Membran berfungsi sebagai pembatas antar ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Ada beberapa macam membran, antara lain:
• Membran impermeable adalah membran yang tidak dapat dilewati oleh molekul manapun.
• Membran semipermeable adalah membran yang hanya dapat dilewati oleh molekul air saja.
• Membran permeable adalah membran yang dapat dilewati oleh air dan zat yang terlarut didalamnya
• membranselektif permeabel adalah membran yang hanya dapat dilewati oleh senyawa tertentu saja.

Prinsip terjadinya osmosi adalh adanya perbedaan kosentrasi suatu tempat dengan tempat-tempat lainnya sehingga molekul-molekul tersebut akan berpindah ke arah kosentrasi yang lebih rendah dari kosentrasi yang tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa air di dalam tubuh dapat berpindah secara osmosis ke dalam sel karen adanya perbedaan kosentrasi, sehingga terjadi metabolisme di dalam tubuh.
Terjadinya osmosis dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
• Kosentrasi yaitu faktor utama yang menyebabkan terjadinya osmosis. Perbedaan kosentrasi yang dapat menimbulkan adanya gerak secara osmosis. Pergerakan yang terjadi berasal dari kosentrasi yang tinggi ke kosentrasi yang rendah.
• Tekanan yaitu osmosis t5idak akan bekerja tanpa adanya tekanan. Ada 2 tekanan yang mempengaruhi osmosis, yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik. Tekanan hidrostatik bekerja karena adanya perbedaan volume dari tempat yang bsatu ke tempat yang lain atau dari volume yang t5inggi ke volume yang rendah.
• Suhu yaitu berpindahnya molekul-molekul tersebut juga disebabkan oleh sifat alami dari setiap molekul .
• PH yaitu suasana asam atau basa juga mempengaruhi proses cepat atau lambatnya osmosis. Pada Ph asam akan mempercepat osmosis, dan sebaliknya.

Pada percobaab di gunakan 3 media, yaitu media usus, dialisis bag dan plastik . Langkah kerja setiap media tidak jauh berbeda. Pertama kali mempersiap[kan media, kemudian memasukkan larutan ke beaker glas. Setelah itu mengamati setiap perubahan setiap 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Yang di amati adalah perubahan volume dan berat. Melihat perubahan berat dengan cara di timbang dengan neraca. Sedangakan volume dengan di ukur dengan gelas ukur.

percobaan dengan media usus dengan cara usus di potong menjadi 4 bagian. Setelah itu di masukan ke air dan larutan garam selama 5, 10 dan 15 menit. Pada air biasa tidak terjadi penyusutan volume dari menit ke menit yaitu tetap0 150 ml. Dan pada media garam yang belum diketahui kosentrasinya menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada tabung A pada waktu 5 menit volomenya 6,8ml, waktu 10 menit dan 15 menit menjadi 6,6 ml. Pada tabung B dengan waktu 5 menit volumenya 5,3ml, 10 menit 4,5 dan 15 menit 4,3 ml. Pada tabung C waktu 5 menit 5,7ml, waktu 10 menit 60 ml dan waktu 15 menit menjadi 59 ml. Pada tabung D volume awal yang 2,7 ml menjadi 6,8 setelah 5 menit dan 10 serta 15 menit kemudian menjadi 6,9 ml. Perebedaan jauh terlihat pada percobaan pada tabung D volume yang tadinya 1,5 ml, menjadi 6,6 pada waktu 5 menit , 10 menit 5,3 dan waktu 15 menit 5,75 ml. Pada saat percobaan dengan media dialisis bag di dapat5 volume air pada tabung A saat 5 menit volume awal yang 150 ml menjadi 148 ml. Hal ini tidak di alami pada tabung yang B, C, D dan E volume tetap 150 ml. Di tabung A saat 10 menit menbjadi 147 ml,15 menit 145 ml. Sedangkan medianya menjadi 36,8 gram saat 5 menit, 37 gram saat 10 menit dan menjadi 36,8 gram saat 15 menit. Di tabung B saat 10 menit yang tadinya 150 ml menjadi 149 ml, dan saat 15 menit 136,5 ml. Beratnya 5 menit 31,1 gram, 3yang tadinya 150 ml menjadi 149 ml, dan saat 15 menit 136,5 ml. Beratnya 5 menit 31,1 gram, 10 menit 33,2 gram dan 15 menit 36,7 gram. Tabung C saat 10 menit 151 ml,15 menit 149 ml dengan berat media 5 menit 36,8 gram, 10 menit 37 gram,15 menit 37,1 gram. Tabung D Volume air menjadi semakin berkurang 5 menit 150 ml, 10 menit 148,5 ml, 15 menit 147 ml. Dengan berat media 5 menit 42,8 gram, 10 menit 42,4 gram dan 15 menit 43,1 gram. Tabung E volume yang tadinya berkurang kemudian bertambah yaitu saat 5 menit 150 ml, saat 10 menit 149 ml, 15 menit 151 ml. Berat media 5 menit 20,5 gram, 10 menit 20,3 gram dan 15 menit 20,8 gram.

Begitu pula yang terjadi pada media pelastik volume air tidak begitu menunjukan perubahan yang cukup tinggi Pada tabung A saat 5 menit 149 ml, tabung B, C, D, dan E volume saat 5 menit 150 ml, Saat 10 menit dan 15 menit volume setiap tabung tetap 150 menit. Hal ini tidak terjadi pada berat media plastiknya tabung A saat 5 menit 29,51gram yng tadinya 31,3 gram, 5 menit 29,51 10 menit 33,2 gram, 15 menit 31,4 gram. Pada tabung B saat 5 menit 26,1 gram , 5 dan 10 menit 26,3 gram, 15 menit 25,1 gram. Tabung C berat awal 24,01, 5 menit 25,01, 10 menit 23,9 gram dan 15 bmenit 24,5 gram. Tabung E mula-mula 30,2 gram, 5 menit 30,23 gram, 10 menit 29,6 gram dan 15 menit 33,3 gram. Tabung E mula-mula 34,89 gram, 5 menit 34,8 gram, 10 menit 36,7 gran dan 15 menit 34,6 gram.

Percxobaan yang dilakukan masih terdapat kesalahan , yang terlihat pada volume dan perubahan berat. Berdasarkan tioti semakin besar kosentrasi, osmosis juga terjadi semakin cepat. Tetapi tidak pada percobaab hal ini dibuktikan saat volume air pada beberapa tabung yang memiliki volume yang tetap dan berat media yang tidak menentu. Kesalahan ini dapat ter4jadi akibat ketidak telitian dalam pengukuran, atau bahkan ada beberapa tetes air cucian yang masuk ke dalam tabung. Larutan yang di gunakan adalah aquades, air gula dan garam dengn kosentrasi yang berbeda.

Pada percobaan pun ada media yang menunjukkan pengerutan dan mengembang. Ini berarti di dalam larutan osmosis terjadi lar4utan yang hipertonik, hipotonik dan isotonik. Terjadi hipertonik karena larutan yang di dalam media lebih besar dibandingkan dengan yang di luar, begitu pula sebalikny6a. Namun ada pula larutan yang isotonik, ini berarti kosentrasi yang ada di luar sama dengan yang ada di dalam, walaupun ada perbedaan kosentrasi tetapi selisihnya tidak jauh berbeda. Selain itu di poengaruhi besar atau kecilnya pori-pori plastik.


















V.KESIMPULAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada percobaan di gunakan 3 media, yaitu plastik, dialisis bag dan usus.
2. Adanya larutan yang hipertonik dan hipotonik. Larutan hipotonik terjadi karena larutan di dalam media lebih tinggi dibandingkan di luar, begitu pula sebaliknya.
3. Osmosis dipengaruhi oleh kosentrasi, suhu, PH, ketebalan membran, t5ekanan dan suhu.
4. Usus ayam bersifat semipermeable atau selektif permeable, artinya usus tersebut hanya dapat dilewati oleh molekul air saja.
5. Semakin tinggi kosentrasi larutan maka semakin cepat prose3s osmosis, begitu bpula sebaliknya.
6. Air bergerak dari kosentrasi tinggi ke kosentrasi rendah.
















DAFTAR PUSTAKA


Widiastuti. Endang.2002.Buku Ajar Fisiologi Hewan .Universitas lampung:Bandar Lampung.

Campbel.N.A. 2000.Biologi.Erlangga:Jakarta.

Wikipedia.2008.Osmosis.http://id.wikipedia.org.Diakses 3 Oktober 2010.

Wikipedia.2010. Transpor_pasif. http://id.wikipedia.org.Diakses 3 Oktober
2010.

Thifa.2010.Osmosis Larutan. http://www.chem-is-try.org.Diakses 3 Oktober 2010.

Salisbury.1992.Pemahaman Osmosis.http://sekolahkuberwawasan.blogspot.com. Diakses 3 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar